Kamis, 18 Desember 2008

Manusia Ciptaan Allah

Manusia, Puncak Ciptaan Allah. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling lengkap dan sempurna oleh Allah Swt. Diwaktu masih berupa janin Allah pun meniupkan roh sehingga manusia itu bisa bernyawa. Roh,mutlak ciptaan Allah Taalla,angapan bahwa kejadian roh itu hanya secara alamiah adalah pendapat yang salah dan keliru dalam pandangan Islam. Maka dengan roh itulah manusia akan mampu berfikir dan memahami serta selalu mempunyai ikatan yang kuat dengan penciptanya tadi ( Allah Swt ). Dan hakekatnya ikatan itu tidak bisa dipisahkan karena merupakan perwujudan sifat Ar Rahim-Nya. Namun, walaupun sudah jelas dan terang asal muasal kejadiannya,masih ada juga dari manusia itu sendiri yang ragu dan bimbang bahkan tidak merasa terpanggil hatinya untuk memahami untuk apa dirinya diciptakan dan dihidupkan dipermukaan bumi ini lalu dimasukkan kembali keperut bumi setelah ajalnya datang dan akhirnya dibangkitkan kembali dalam bentuk lain

Hal ini diterangkan Allah dalan Qs Al Hajj-5 “ Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,kemudian dari setetes air mani,kemudian dari segumpal darah dan segumpal daging yang sempurna kejadianya dan yang tidak sempurna dan agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahin,apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan,dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,kemudian apabila telah Kami turunkan air diatasnya,hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.

Sedangkan didalam Qs Ali Imran-59 diterangkan bahwa Nabi Isa sebagaimana Nabi Adam berasal dari tanah. Hanya saja menurut Prof .Dr Salman Harun, proses penciptaan antara keduanya mengalami perbedaan. Dalam diri Nabi Isa terdapat unsur sel telur dari Ibunya. Sel telur itu sendiri berasal dari darah,darah dari makanan,dan makanan tumbuh dari tanah. Sedangkan kejadian Nabi Adam langsung diciptakan melalui kreasi terindah dari Allah dengan tanah. Didalam Qs Al mukminun-12 Allah menerangkan lagi “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah “. Dari sinilah kemudian tahap kejadian manusia (keturunan Adam ) berlanjut menurut tahapan-tahapan yang telah digariskan-Nya.

Dari sinilah kemudian dapat dilihat perbedaan manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya dikarenakan setelah dibentuk,Allah meniupkan rohnya sendiri kedalam diri manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa penciptaan manusia dalam prose salami (sunatullah) terdiri dari dua aspek pokok,yaitu aspek material dan aspek immaterial. Aspek material adalah jasmaniah (jasad) yaitu jisim manusia,tubuh atau badan. Abu Ishak menjelaskan lagi bahwa jasad adalah sesuatu yang tidak bisa berfikir dan tidak bisa dilepaskan dari pengertian bangkai.


Sedangkan Abu Lais mengungkapkan bahwa makhluk yang berjasad adalah makhluk yang makan dan minum. Sedangkan menurut Imam Al Ghazali Al jism atau jasad terdiri dari unsur-unsur materi yang suatu saat komposisinya bisa rusak,karena itu ia tidak memiliki sifat yang kekal. Sehingga jasad tsb tidak akan memiliki kekuatan bila tampa adanya roh. Namun demikian,realitas jasad adalah realitas dari manusia yang dharuri,siqnifikan atau pokok tampa adanya jasad tidak dapat di mengerti adanya manusia,karena dengan jasadlah realitas dan eksistensi manusia dapat dilihat pada aktifitas dalam ruang dan waktu tertentu.

Sedangkan Aspek immaterial adalah rohaniah. Aspek rohaniah ini sifatnya abstrak dan bagaimanapun tidak akan dapat untuk direalitaskan,ia hanya terlihat dari adanya aktifitas jasmaniah. Ia memberikan nilai kepada jasmaniah dalam setiap aktifitasnya. Imam Al Ghazali membagi aspek rohaniah ini dalam dua bentuk yaitu: Al Roh atau daya manusia untuk mengenal dirinya,tuhanya dan mencapai ilmu pengetahuan,sehingga dapat menentukan manusia berkepribadian,berakhlak mulia serta menjadi motivator sekaligus pengerak bagi manusia didalam melaksanakan perintah Allah Swt. Dan aspek Al Nafs yaitu, panas alami yang mengalir dalam pembuluh-pembuluh nadi,otot-otot dan syaraf manusia. Ia sebagai tanda adanya kehidupan pada diri manusia. Dalam konteks ini Al Nafs diistilahkan dengan nyawa yang membedakan manusia dengan benda mati,tetapi tidak membedakanya dengan makhluk lainya,karena sama-sama memiliki Al Nafs ini seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Konsep Al Basyr. Dalam konsep ini manusia dipandang dari segi biologis. Sebagai makhluk biologis,manusia terdiri dari unsur materi,sehingga menampilkan sosok dalam wujud fisik material. Ini menjadikan manusia tak jauh beda dengan makhluk biologis lainya,maka kehidupan manusia terikat pada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak,mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan. Hal ini telah diterangkan dalam Qs Al Mukminun-12-15 “ Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal daging,lalu tulang-belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka maha suci Allah,pencipta yang paling baik. Kemudian sesudah itu,sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati “.

Konsep Al Insan, kata Al Insan ini mengacu pada potensi yang dianugerahkan Allah kepada umat manusia diantaranya potensi untuk berkembang biak secara fisik dan juga potensi berkembang secara mental spiritual didalam mengenal serta mendekatkan diri pada sang penciptanya. Singkatnya konsep Al Insan ini mengacu pada bagaimana manusia dapat memerankan dirinya sebagai sosok pribadi yang mampu mengembangkan dirinya menjadi ilmuwan atau seniman dsb, serta berakhlak mulia. Konsep ini mengarah pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi dengan menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.

Konsep Al Nas, kalimat ini dalam Al Quran biasa konotasikan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat yang berawal dari perkawinan dan berketurunan yang berkembang menjadi suku bangsa untuk saling kenal mengenal. (Qs Al Hujarat-13). “.Dalam kitab shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Ali Bin Abi Thalib Berpesan sesungguhnya dunia ini telah pergi membelakangimu. Dan Akhirat telah menghadap kedepanmu. Maka jadilah kamu anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia,karena hari ini adalah hari beramal,bukan hari dihisab,sedangkan esok adalah hari dihisab,bukan hari beramal.

Pada akhirnya, manusia memang mempunyai fitrah yang hakeketnya selalu membawa pada keteguhan dan keyakinan akan pengabdian pada Allah. Dengan-Nyalah manusia akan dapat terhindar dari godaan syaitan dan dengan kekuasaan-Nya pula manusia itu bisa selamat dari segala bentuk mara bahaya dan bencana. Manusia merupakan puncak ciptaan Allah yang melampaui para malaikat,baik didalam pengetahuan maupun didalam keshalehan.Karena itu manusia diciptakan dengan berbagai macam konsep bukan sekedar untuk permainan tapi harus mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan baik didunia apalagi diakhirat nanti.

0 komentar: